Sabtu, 29 Oktober 2016

[Review] Mimpi Padma

1



Judul: Mimpi Padma
Penulis: Ayu Dipta Kirana
Penyunting: Dila Maretihaqsari
Penerbit: Bentang Belia (PT Bentang Pustaka)
Terbit: Agustus 2014
Tebal: vi + 198 hlm
ISBN: 9786021383087

Aku yakin, sosok di hadapanku ini bukan manusia! Tubuhnya tinggi besar, rahang bawahnya tampak ganjil dan menonjol, taring-taring besar dan runcing mencuat dari mulutnya. Matanya merahnya menyalak penuh amarah. Seluruh tubuhku gemetar. Bajuku basah keringat.
Kucengkeram tangan laki-laki di sebelahku yang mulai bergelagat aneh. Jangan-jangan dia juga bukan manusia?
Arggh!
Kudengar raungan kemarahan dari sekumpulan makhluk halus yang mengepung kami. Hal terakhir yang kulihat adalah tangan dengan kuku-kuku panjang dan tajam terangkat siap mencabik!

*****

Aaarghhh....
Saya sama sekali nggak pernah menyangka akan jatuh cinta dengan novel ini. Bisa dibilang buku ini adalah buku terbaik yang saya baca tahun ini.
Cerita buku ini cukup sederhana sebenarnya. Semua cerita bermula dari mimpi-mimpi Padma yang mulai menghantuinya setelah kematian ayahnya. Mimpinya berlanjut tidak hanya kemunculan sang ayah melainkan seorang Haga yang memakai baju Jawa Kuno.
Haga adalah asisten dosen mata kuliah Purbakala Klasik Hindu-Budha, seorang lelaki bermata sendu yang mencuri hati Padma. Sejak mengikuti mata kuliah yang sudah diikutinya selama tiga kali, Padma mulai merasakan sesuatu yang berbeda terhadap Haga Bandawasa. Akhirnya Padma mengizinkan pintu hatinya terbuka jika lelaki itu adalah Haga. Kedekatan mereka berdua semakin erat saat sama-sama mengerjakan proyek pemotretan keramik yang digawangi oleh Mas Jarwo, salah satu dosen Padma.
Hingga kemunculan suatu makhluk hitam yang mencoba membunuh Padma. Makhluk hitam yang muncul dari hasil temuan yang didapat dari penggalian salah satu dosen Padma. Hubungan Padma dan Haga berubah pesat. Hingga fakta masa lalu Haga berhubungan dengan mimpi Padma.

"Kematian memang mengejutkan. Tapi tidak ada kematian yang terlalu cepat atau terlalu lama. Semua itu sudah diatur oleh Tuhan. Cuma bagi kita - manusia, nggak pernah tahu kapan batas waktunya habis." (Padma)

Well, saya pribadi bukan penggemar maupun anti cerita horor. Tapi karena tuntutan tantangan baca akhirnya saya mulai mencari-cari buku dengan tema horor. Dan beruntungannya saya memilih Mimpi Padma. 
Di awal suasana cerita sudah terkesan suram. Padma yang harus kehilangan ayahnya digambarkan begitu sedih dan masih belum merelakan kenapa ayahnya harus meninggal. Lembar demi lembar halaman pun saya sudah menyiapkan diri untuk bagian kemunculan kehororan di buku ini. Namu , belum juga muncul walaupun saya sudah deg-degan. Membaca novel ini perasaan saya sama seperti dulu menonton film Kuntilanak. Saya pun sudah mewanti-wanti bahwa buku ini memang bertema horor. Dan, saya pun menanti dengan sabar sambil melewati semua fase Padma kehilangan dan jatuh cinta pada dosennya. Mungkin bagi penggemar cerita horor akan merasa bosen. Karena walau bertema horor porsi romens buku ini cukup kuat.
Makanya, dibandingkan rasa takut yang muncul saya lebih deg-degan akan seperti apa hubungan Padma dan Haga nantinya. Hingga bagian horor muncul pun saya merasa itu hanya sebagai tempelan saja. Penulis terlalu fokus dengan masalah Padma. Well, bukannya saya protes justru hal ini yang membuat saya jatuh cinta.
Saya sama sekali tidak pernah menyangka bahwa penulis akan menyelipkan cerita Bandung Bandawasa. Saya dibuat takjub dengan semua twist yang diberikan penulis. Bisa-bisanya penulis memikirkan ide yang secemerlang itu. Semuanya terasa seperti nyata. Penulis dengan mulus membuat cerita terdengar masuk akal. Ah, Padma bisa-bisanya kamu terjebak dalam cerita rakyat yang sangat tersohor itu.

"Tuhan, Padma anak baik-baik. Tolong jangan kirim cobaan lebih berat dari ini semua. Sosok bermuka Haga yang bikin kaki lumer? Ini benar-benar nggak sehat buat jantungku!" (Padma - p 161)

Selain tentu saja saya jatuh cinta sama Haga, saya sangat mencintai tokoh Padma. Karena novel ini menggunakan sudut pandang Padma membuat saya semakin bisa menyelami apa yang dirasakan Padma. Padma memang masih bersih akan kematian ayahnya, tapi dirinya mencoba untuk terus maju. Tidak melulu terpuruk dengan semua kesedihannya. Dan, kekonyolan Padma mampu membuat saya senyum-senyum sendiri.
Ah, rasanya saya sangat tidak rela ketika harus berpisah dengan Padma dan Haga. Saya masih kurang puas dengan akhir yang diberikan penulis. Dan, karena saya membaca buku ini di perpus iJakarta. Saya berharap semoga suatu saat nanti saya bisa punya buku fisik Mimpi Padma. Walau agak susah mengingat buku ini terbitan lama. Well, tidak ada salahnya berharap. 
Bagi yang takut membaca novel horor, tidak ada salahnya untuk mencicipi buku ini. Karena tidak melulu hal-hal horor yang disuguhkan penulis. Selamat membaca.

1 komentar:

  1. Terima kasih sudah menyempatkan diri untuk membaca Mimpi Padma.
    Senang sekali mendengar review kamu :)

    Salam

    BalasHapus

Jangan segan buat ngasih komen ya :)

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com