Sabtu, 09 Desember 2017

[Review] For A Better Tomorrow



Judul : For a Better Tomorrow
Penulis : Rini Zabirudin
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal  : 256halaman
Tahun Terbit : Cetakan I, Mei 2015

"Tetaplah berada di dekatku. Aku tidak akan membiarkan mereka menyakitimu."
Ellis belum bisa berhenti menyalahkan diri sendiri atas kematian suaminya. Dia memutuskan untuk hidup menyepi dan menjadi seorang herbalis seperti yang dilakukan neneknya.
Pertemuannya dengan Bima telah mencairkan hatinya yang dingin. Tetapi, Bima datang dengan membawa masalah besar baginya. Mereka harus berjuang bertahan hidup sambil melepaskan setiap luka di hati.
Saat mereka berdiri di sisi jalan yang berbeda, sekali lagi Ellis harus memilih, hidup seperti apakah yang ingin ia jalani? Atau… bisakah Bima meninggalkan segalanya demi Ellis? 

***********

Pengalaman membaca novel ini adalah seperti membaca novel terjemahan. Bukan dari gaya bercerita sebenarnya alur dari awal sampai akhir sama persis seperti novel romance terjemahan yang sering saya baca. Bukan berarti jelek tentu saja. Malah saya sangat menikmati cerita Bima dan Ellis.
Hanya saja setting di novel ini sangat sulit saya bayangkan terjadi di Indonesia. Pelarian ex-tentara yang kabur ke hutan rimba dan setelah lolos bertemu wanita cantik dan baik hati yang mau menampung dan memberinya pekerjaan. Sang wanita walau tinggal sendiri dengan nekat mempersilahkan sang buronan tinggal bersamanya dan berujung saling jatuh cinta. The End.
Mirip novel-novel terjemahan, kemungkinan sang penulis suka sekali membaca novel Harlequin. 
Sejak membaca prolog, saya dibuat penasaran karena sang tokoh utama Bima di penjara dan disiksa. Dari awal sudah menggungah minat makanya saya tidak bisa berhenti membacanya. Walau setelah Bima berhasil kabur dan hidup tenang di hutan buatan Ellis cerita berjalan lambat, saya sangat menikmati membaca keseharian mereka berdua. Mungkin karena saya agak penasaran dengan pekerjaan Ellis. Ellis seorang ahli pengobatan herbal. Setiap hari yang dilakukan Ellis adalah mencari bahan-bahan herbal untuk pengobatan para pasiennya. Jadi, walau cerita hanya berkisar hutan dan rumah Ellis entah kenapa saya tidak bisa berhenti membaca dan penasaran. Saya masih tetap penasaran nasib Bima yang masih seorang buron, tapi keseharian mereka yang terlihat membosankan justru sangat menarik di mata saya.
Perasaan yang timbul di antara kedua tokoh pun tersusun dengan baik. Tidak ada istilah jatuh cinta tiba-tiba di antara mereka berdua. Keseharian mereka berdua yang membuat semakin dekat. Bima yang penasaran mengapa wanita secantik Ellis bisa hidup sendiri. Dan Ellis yang penasaran mengapa Bima begitu tertutup ketika kehidupan pribadinya terusik.
Walau saya masih agak merasa mustahil Ellis berani-beraninya membiarkan orang asing tinggal dengannya. Seakan-akan Ellis tak kenal rasa takut. Atau Ellis hanya percaya terhadap instingnya?
Penyelesaian kasus Bima pun ditutup dengan baik. Walau tidak diceritakan secara mendetail. Mau bagaimana lagi, tema novel ini memang masih murni romance. 
Bacaan yang membuat saya senang dan patut dibaca oleh semua pembaca lainnya. Selamat membaca. 








0 komentar:

Posting Komentar

Jangan segan buat ngasih komen ya :)