Jumat, 08 Desember 2017

[Review] Putri Kunang-Kunang



Judul: Putri Kunang-Kunang
Penulis: Titi Setiyoningsih
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 189 halaman
Tahun terbit: 2015

Kasanding Hapsari–Sanding–harus meninggalkan desa tempat tinggalnya sejak kecil dan pindah ke kota. Di kota Sanding harus masuk ke sekolah keren dan terkenal. Hal itu membuat Sanding merasa masuk ke sarang Alien. Ia harus siaga dari gangguan para anggota genk populer, terutama Ragan Subagya.
Untuk membuatnya betah bersekolah di sekolah barunya, Sanding masuk ke ekskul drama, eskul yang katanya perkumpulan orang-orang cupu. Tapi karena suatu hal, tiba-tiba seorang anggota populer bernama Pranatakala Wicaksana harus masuk ke ekskul drama. Dan cowok itu harus menjadi lawan main Sanding dalam lakon Ramayana, berperan sebagai Rama.
Karena sering berjumpa hubungan Kala dan Sanding semakin baik. Mereka kian dekat. Hingga tanpa sadar mereka saling jatuh cinta. Tapi hal itu tentu saja membuat geng populer tidak senang, terutama Afro dan Ragan. Alasannya karena Afro masih mencintai Kala dan Ragan, diam-diam mencintai Sanding.

*********

Novel ini dibuka dengan tokoh utamanya sedang bekerja di sebuah kafe dekat pantai. Ah, mengingatkan saya akan masa lalu. Tepatnya impian masa kecil. Dulu, sewaktu sedang rajin-rajinya baca komik, saya selalu punya impian bisa bekerja paruh waktu ketika musim panas. Tempat kerja yang akan dipilih adalah yang dekat pantai. Alasannya sederhana, ketika waktu istirahat saya bisa menikmati makan mie soba dan ice cream. x9
Yah, walau pada kenyataannya cerita Sanding sangat berbeda dengan impian saya. Sanding buru-buru meninggalkan pantai pujaannya demi melanjutkan sekolah di kota. Ayahnya menginginkan mereka berdua pindah demi memenuhi keinginan terakhir mendiang ibu Sanding.
Kehidupan baru Sanding sebagai murid SMA terbilang bukan menyenangkan. Pasalnya di hari pertamanya Sanding membuat kesalahan dengan membantu murid yang diganggu oleh geng populer, Ragan. Alhasil, kehidupan damai Sanding pupus sudah. Ada saja keusilan Ragan yang membuat Sanding hampir meneteskan air matanya.
Saya sudah agak menebak pasti si pem-bully ini sebenarnya jatuh cinta dengan Sanding. Atau kalau tidak akan ada pangeran berkuda putih yang menyelamatkan sang putri dari penindasan. Adalah Kala yang mulai terpesona dengan kedua mata Sanding  yang memancar indah seperti kunang-kunang. Kala yang awalnya tidak mau mengakui perasaan sayangnya pada Sanding lambat laun mulai menyadari kesalahannya selama ini. Dan, akhirnya mereka berdua bisa berteman akrab dan memutuskan untuk saling merajut kasih. Yanh Sanding tidak tahu adalah bahwa kehadiran Ragan mengusik hidupnya.
Kelemahan novel ini adalah terlalu banyak tokoh yang ingin penulis ceritakan. Saya sejujurnya tidak menyukai cerita dengan terlalu banyak tokoh. Porsi tokoh utamanya menjadi berkurang dan hal ini membuat saya kurang menyukainya ketika tidak fokus pada pemeran utamanya saja.
Saya merasa lelah mengingat nama-nama tokoh yang banyak. Alhasil saya suka kelupaan tokoh A ini yang mana, dan siapa pula tokoh C. Mendekati halaman terakhir saya mulai merasa bosan dan tidak fokus dalam membacanya. Keinginan saya hanyalah segera menamatkan cerita Sanding.
Well, walau saya kurang menikmati novel ini dan tidak merekomendasikan untuk dibaca tetap saja selera orang berbeda. Kecocokan baru bisa diketahui ketika mencoba mengalaminya sendiri. Selamat membaca. 






0 komentar:

Posting Komentar

Jangan segan buat ngasih komen ya :)